Tuesday, March 17, 2015

peninggalan sejarah minangkabau (balairung sari tabek)



Balairung Sari Di Nagari Tabek di Kecamatan Pariangan
Balairung Sari di Tabek Pariangan
Kata ‘balai’ bagi orang Minangkabau mempunyai arti lebih dari satu. Balai dengan arti pasar dan gedung (bangunan) adat. Balairung Sari adalah sebuah “balai adat” yang terletak di Nagari Tabek di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.

Sebagai balai adat, Balairung Sari merupakan sebuah bangunan khusus mempunyai atap tanpa dinding ataupun jendela tempat untuk melansungkan pertemuan untuk berunding/menyelesaikan suatu perkara dan lain-lain. Keberadaan Balairung Sari ini tidak terlepas dari kisah asal-usul orang Minangkabau menurut tambo.

Dalam tambo Minangkabau dikisahkan, bahwa asal usul orang Minangkabau dari keturunan Raja Iskandar Zulkarnain yaitu Macedonia tahun 336-324 SM. Raja ini mempunyai tiga orang putera yaitu Maharaja Alif yang menjadi Raja di Benua Ruhum (Romawi), Maharaja Dipang yang menjadi Raja di Benua China dan yang kecil Maharaja Diaraja yang menjadi raja di pulau Emas, dan terus mereka dekati dan akhirnya mereka menemukan gunung Merapi. Dalam pantun disebutkan : “Dari mano titiak palito Dibaliek telong nan batali Dari mano asal niniek kito Dari puncak gunuang marapi”. Mereka menjadikan gunung sebagai pedoman arah yang dituju. Jadi nenek moyang orang Minangkabau turun dari gunung merapi sebesar telur itik. Maksudnya mereka melihat gunung merapi dari jauh seakan-akan sebesar telur itik. Di gunung merapi ini menetap di suatu tempat yang bernama Lagundi nan Basago. Dalam rombongan Maharaja diraja ini juga ikut istrinya Indo Jalito dan empat orang panglimanya. Anggota rombongan yang lain adalah Cati Bilang Pandai.

Bermula dari puncak gunung Merapi, mulai turun dan membangun nagari di suatu daerah lereng gunung Merapi yang bernama Pariangan yang kemudian dikenal dengan Nagari Pariangan. Di nagari Pariangan inilah terletak apa yang dinamakan dengan Balairung Sari.

Balairung Sari Di Tabek Pariangan
Lantai Datar Balairung Sari
Nagari Pariangan merupakan nagari yang pertama dan Padang Panjang nagari kedua di Minangkabau. Karena penduduk semakin bertambah juga maka terjadilah perpindahan penduduk ke daerah yang baru seperti ke Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan 50 koto. Jadi perpindahan pertama adalah menurun ke Parianagn kemudian Padang Panjang, Dusun Tuo (Limo Kaum). Dari atas gunung Merapi mereka dipimpin oelh Maharaja Diraja. Disini belum lagi ada aturan yang mengikat. Mereka bersama, masing-masing kelompok membuat aturan sendiri-sendiri. Di Pariangan inilah mula-mula berdiri kerajaan pertama yang bernama Kerajaan Koto Batu. Rajanya adalah Maharaja Diraja. Sepeninggal Maharaja Diraja, penggantinya tidak, sejak itu pemerintahn dilaksanakan oleh seorang penghulu yaitu Datuak Suri Dirajo.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFD6vYeyhnYI3scJmdamBu_0Xglk9TlRH5U06OwUG5eEEDoMedSkRPTnF6ISgTfdbNGLUAzuN-vajlyPwF0WM5-vpkjdfd74zIE11ifh3_3pIQZN4cjp7M_3hGUr41xK7OwtjI2DgC1q8/s320/DSCF5206.jpg

Balairung Sari dibangun oleh seorang arsitek lokal yang terkenal saat itu bernama Tan Tejo Gerhano, ia juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat Rumah Gadang di Minangkabau. Meskipun Balairung Sari Tabek ini bangunannya bercirikan sistem Bodi Caniago namun masyarakatnya tidak menganut sistem kelarasan tersebut, masyarakat Nagari Tabek menganut sistem lareh nan Bunta jadi mereka tidak menganut sistem kalarasan Bodi Caniago maupun Koto Piliang sesuai dengan mamangan berikut ini : “Pisang sikalek-kalek hutan Pisang tamtu nan bagatah Boodi Caniago inyo bukan Koto piliang inyo antah“.

Seperti telah dikemukakan, bahwa Balairung Sari Tabek ini dibangun oleh seorang arsitek terkenal pada masa itu yang bernama Tan Tejo Gerhano, yang juga dikenal sebagai seorang pendiri Rumah Gadang di Minangkabau. Setelah wafat Tan Tejo Gerhano berkubur di kuburan panjang Pariangan. Dari beberapa sumber, diperoleh informasi bahwa kuburan Tan Tejo Gerhano tersbut sebetulnya berada di Nagari Tabek yang mana ukurannya lebih panjang dari kuburan yang ada di Pariangan. Saat ini Balairung Sari Tabek merupakan salah satu situs cagar budaya di bawah pengawasan Suaka Purbakala yang berkedudukan di Batusangkar yang telah dilindungi oleh undang-undang cagar budaya dan diawasi oleh seorang juru pelihara.

Selain itu Balairung Sari Tabek merupakan suatu hasil karya budaya tradisional dan sekaligus sebagai manifestasi masyarakat Minangkabau. Dalam konteks ini, arsitektur Balairung Sari tidak terlepas dari gambaran dan ciri khas budaya Minangkabau. Arsitektur sebuah balairung pada umumnya hampir menyerupai bentuk rumah gadang, yaitu dibangun di atas tiang dengan atap yang bergonjong-gonjong, memeliki kolong, tetapi kolongnya lebih rendah dari kolong rumah gadang. Akan tetapi tidak berdaun pintu dan berdaun jendela. Adakalanya balairung itu tidak berdinding sama sekali, sehingga penghulu yang mengadakan rapat dapat diikuti oleh masyarakat umum seluas-luasnya.

Seperti dalam hal rumah gadang, maka kedua kelarasan yang berbeda alairan itu mempunyai perbedaan pula dalam bentuk balairung masing-masing. Balairung kelarasan Koto Piliang mempunyai anjuang pada kedua ujungnya dengan lantai yang lebih tinggi. Lantai yang lebih tinggi digunakan sebagai tempat penghulu pucuk. Anjungnya ditempai raja dan wakil. Lantainya terputus di bagian tengah yang disebut dengan labuah gajah, yang berfungsi sebagai tempat lewatnya kendaraan raja-raja. Sedangkan balairung dengan kelarasan Bodi Caniago tidak mempunyai anjung dan lantainya rata dari ujung ke ujung.

Sementara Balairung yang terdapat di Nagari Tabek, Pariangan yang dianggap sebagai Baliarung tertua yang bernama Balairung Sari, merupakan tipe lain. Bentuknya tidak mengikuti kelaran yang dua tadi. Balairung ini memiliki gonjong sebanyak enam buah yang menyerupai tanduk kerbau. Di bawah lantai terdapat kolong. Tangga untuk naik ke atas Balairung terbuat dari kayu dengan jumlah biasanya ganjil 5 atau 7. Tiang berjumlah 36 buah. Di atas Balairung terdapat ruangan yang panjang membujur dari utara ke selatan, yang berjumlah 17 buah. Saru buah labuah gajah, yakni ruang yang terputus satu ruang, yang bertujuan tempat perhentian kedaraan raja-raja yang datang untuk mengadakan musyawarah atau kunjungan. Di bagian belakang Balairung terdapat sebuah kolam yang besar, yang dulunya hanya berukuran kecil yang dimanfaatkan sebagai tempat mencuci kaki.

Di halaman depan terdapat pula lapangan yang agak ditinggikan dari tanah yang ditanami dengan rumput-rumputan dan bunga-bunga. Pada lapangan ini juga terdapat batu tapakan tempat duduk. Lapangan tempat beristirahat atau berangin-angin peserta musyawarah setelah melakukan musyawarah. Batu tapakan merupakan tempat duduk mereka sambil menyaksikan atraksi-atraksi kesenian yang disajikan seperti randai, tari-tarian, selawat dulang, rabab dan sebagainya. Lapangan ini disebut juga dengan medan nan bapaneh. Dengan beristirahat sejenak disana akan mendinginkan kepala agar dapat melanjutkan musyawarah kembali.

Bangunan Balairung sari membujur dari utara ke selatan, dengan panjang bangunan 48, 24 meter, lebar 3,4 meter dan tinggi bangunan dari pembautan kosong yang dipasang disekeliling 5,30 meter sampai ke puncak atap atau nok yaitu sebatang kayu yang berfungsi sebagai tempat kedudukan atau sebagai ukuran gonjong. Kalau kita perhatikan pemasangan batu kosong pada bagian bawah ini, sedikit terdapat keunikan dimana pemasangan batunya tidak menggunakan bahan perekat semen sebagaimana layaknya bangunan candi di daerha Jawa, namun bangunan ini dapat bertahan sampai sekarang, lebih kurang usianya sudah 300 tahun.

Tiang-tiang Balairung Sari yang ada sekarang masih merupakan tiang yang aslinya. Bentuk bangunan Balairung Sari bila dilihat secara keseluruhan tanpak menyerupai perahu. Menurut cerita dari versi masyarakat setempat sebelum dibangunnya Balairung Sari ini diawali dengan pemufakatan dari perangkat nagari tentang bagaimana bentuk balai adat yang akan dibangun. Sesuai dengan pemufakatan bersama maka dipilihlah bentuk bangunan ini seperti sebuah perahu.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pendirian Balairung Sari dapat terlihat dari ungkapan adat: “Balai-balai balerong panjang Batonggak tareh jilatang Baparan baaka lundang Bakasau manulang ikan Batabuak puluik-puluik Bagandang saliguri Balapiak salai hilalang.” ini semua nanti akan terlihat dari setiap konstruksi bangunan yang ada.

Tiang Tonggak Balairung Saru diambil dari kayu tareh “jilatang”, merupakan jenis pohon yang tidak terlalu tinggi yang kualitasnya sangat bagus untuk dijadikan sebagai tonggak. Buktinya sampai saat ini belum pernah tonggak tersebut diganti, artinya masih tonggak yang asli yang sudah berusia ratusan tahun. Tiang/tonggak ini berjumlah 36 buah.

Thursday, December 11, 2014

curhat gaje



Secret angel
 Game aneh yang belum pernah ku dengar sebelumnya. Bu Siti pelopornya. Kamar kami perdana. Ini adalah sebuah kebanggaan pastinya. Perdana bukan selalu berarti kelinci percobaan bukan ? malam ini persapan ku besok. Aku akan menjjadi angel seseorang yang mungkin memang takdirku membahagiakannya, juga seorang humann yang siap dibahagiakan oleh angelnya.
Secret angel........... tunggu aku besook..............
****************
Tak sesuai haraapan. Secret angel pagi ini gagal. Bukan karna ketahun. Tapi keadaan pagi buta, yang jug membutakan mata kami pagi ini. Humanku terutama. Bukan pembuat kerusuhan, tpi membuat orang lain menjadi salah. Ntah bagaimana ia berbuat. Marah-maraah tak jelas membuatku semakn mrasa gagal sebagi secret angelnya. Ya, gimana lagi? Kta kata yang tadi malam ku lontarkan dan dibilang tidak masuk akal ternyata kejadian. Mungki karna ada rumus kun fayakun yang kuselipkan pada ucapanku yang hanya kumaksudkan untuk iseng, dan mempetahankan canda ku. Tadi pagi terbukti sudah. Aku hanya berkaata, “kalau semua orag bad mood bagaimana bsa secret ini terlaksana?”.
Mungkin pengaruh job yag banyak, sedangkan waktu istirahat disita persaaan resah akan ulangan yang akan mengejar semakin cepat dari belakang. Di tambah lagi bahasa planet big bang yang diwajibkan menggunakannya. Bad mood yang sudah dibuang di antartika sana seolah dattang kembali dengan mesian waktu masa depan. Tapi bad mood ku bukan menjadi karna hal yang deemiakian. Namun orag yang saling menyalahkan satu sama lain. Padahal mereka pu juga melakukan kesalahan, bahkan lebih. Dan tidak mengakuinya.
Begitulh pagi bad mood yang yaaaa gitu deh
*********************************
Siang berlalu, maalam pun muncul. Bad mood pun kut berlalu entah sihir appa yang terjadi, aku pu tak tau. Permusuhan buta di pagi buta itu pun tak berbekas seiring berjalannya waktu. Mungkin salam perdaamaian kamar yang baru diciptakan ini, dengan tambahan keep smile pda akhirnya , mengharuskan setiap yang bersalaman harus always smile..........
Walaupun begitu, secret angel masih belum terlaksanakan, nmun progres nya hmmmm, lumayan. Bgimana besk?  Penyakit bad mood ini memang bisany menyerng di pgi hri, i mana 3 lilitan syetan yang masih membalut  mata masih terikt kuat.English day besok masih berlaku, jadi be saaaaaaaaaaaaaaaaabaaaaaaaaaaaar kita memang berbeda, tapi menyatukan perbedaan akan menciptakan persatuan untuk keberhasilan yang nyata....
Tunggu besok aku wahai waktu yang terus ku kejar....... be carefulllllllllllll
**********************

Saturday, November 15, 2014

puisi : Disebelahku



Disebelahku

Bersama tawa membludak, hatiku mulai melunak
Bersama jutaan kedipan mata, panorama itu menghampar luas di jangkauanku
Bersama milyaran kali helaan napas panjang ku
Masa ini enggan kulalui melaju , melesat kencang
Sesekali aku bertanya pada sang udara dingin
Yang membawa ribuan jawaban
Yang tak bisa tertafsirkan apa itu?,,,
Dimana aku????
Semua kulupa,
Hilang sudah semua ruang memori
Kasihnya memenuhiku dengan rindu ingin bersamanya
Karna kuyakin, nyanyian nina bobo pun tak akan semerdu ini
Melemahkan anak telingaku.... kutak mendengar lagi ocehan dunia
hanya terdengar rajutan mimpi  yang semakin kuat
Yang pasti aku telah bersandar padanya,,,
Ku pun yakin, hembusan napas si pocong tak kan semerinding ini
Semua buluku enggan duduk menepi
Karna hanya ini dan itu hidup bersamaku
Jika dan hanya jika disebelahku dia ada....

cerpen :Akhirnya Ku Menemukannya



Akhirnya Ku Menemukannya

Ini kisah tentang seorang gadis biasa akhirnya menemukan jawaban tentang pertanyaan yang banyak orang sering mempertanyakannya.
--------------------------------------------------------0------------------------------------------------------
Shabrina berjalan sendiri di sebuah gang sempit dengan tas birunya  yang sudah usang, tatapannya kosong, ya inilah perasaan yang selalu disembunyikannya, perasaan yang menyesakkan dadanya namun selalu berhasil ia sembunyikan dengan senyuman di bibirnya. Kembali terngiang di telinganya perkataan Abel, salah seorang temannya”  Semoga Hanifah dapet juara satu ya!” memang tak ada yang salah dengan perkataan itu, namun tanpa disadari mengatakan hal seperti itu disamping dirinya yang juga mengharapkan ada seseorang yang mendukungnya merupakan hal yang menyakitkan untuknya.
Buliran air mata kembali membasahi pipinya, tak ada yang mengerti bahwa air mata itu merupakan jeritan hatinya yang mengharapkan cinta, tangisan yang berharap akan datang hangatnya kasih sayang , memang hal itu adalah hal sepele yang mungkin sering teman-temannya rasakan namun bagi dirinya, cinta dan kasih sayang adalah hal yang langka untuk didapatkan, bahkan sempat terbesit di pikirannya bahwa dia tidak pernah berhak mendapatkannya.
Shabrina menarik nafas dalam, berat sekali rasanya beban hidupnya, seringkali terlintas pertanyaan, apakah Tuhan itu Adil?  Entahlah, hingga saat ini ia belum  bisa menjawab pertanyaan itu.
 Akhirnya langkah kakinya berhenti di depan rumah dengaan cat abu-abu yang mulai luntur.
“Assalamualaikum”
Tidak ada jawaban, Shabrina masuk dan ia mendapat abangnya yang paling tua sedang asyik bermain game.
“ Bang, Ibu mana?”
“ Kerja” jawab Abangnya ketus.
Ia kembali menghela nafas, ya ini adalah salah satu dari beban hidupnya, akibat dari perceraian itu, Ibunya harus rela banting tulang siang dan malam untuk menghidupi keluarganya. Terbayang dalam benaknya wajah ibunya dengan garis keriput yang menggambarkan susahnya hidup yang beliau jalani.
Tak lama kemudian, sosok yang ia tunggu akhirnya datang dengan tubuh yang sudah mulai rapuh namun tetap berusaha tersenyum tegar.
“ Kakak sudah pulang nak? Sudah makan sayang?”
“ Udah bu”
Kemudian beliau menengok ke arah anak laki-lakinya yang sama sekali tidak menggubris kedatangannya.
“ Abang, sudah shalat nak?”
Tak ada jawaban
“ Bang, udah shalat nak?” dengan penuh kesabaran beliau kembali bertanya.
Namun, sekali lagi tidak ada jawaban.
Shabrina yang geram melihatnya akhirnya angkat bicara,
“Abang, denger gak apa kata ibu? Atau emang udah tuli?!”
“ diem sih! Banyak bacot amat?!”
“ makanya sopan dikit sama orangtua!”
Akhirnya tanpa berfikir panjang, Abangnya melayangkan tamparan di pipi Shabrina, sakit sekali, Shabrina tak dapat menahan air matanya lagi,
“ Nak, Ya Allah istighfar bang, istighfar! ”
Air mata deras membasahi pipi Ibunya, segera beliau memeluk Shabrina
“ Makanya jadi adek sopan dikit! Ibu juga, abang capek bu hidup gini terus!” lalu abangnya berlalu dan membanting pintu kamar.
“ Kak, maafin ibu ya kak, ini semua salah ibu” isak ibunya, tak ada yang lebih menyakitkan ketika ia melihat air mata berlinangan di wajah ibunya tercinta, bahkan tamparan tadi pun tidak ada apa- apanya.
“ Ya Allah, begitu beratkah cobaan yang harus hamba hadapi” jerit Shabrina dalam hati
Kembali teringat masa lalunya, masa lalu yang sempat memberikan harapan indah untuk sebuah kehidupan, masa lalu ketika ia masih memiliki sebuah keluarga utuh yang bahagia, masa lalu dimana abangnya sangat menyayangi ibunya bahkan tak kan berani marah bahkan membentaknya, masa lalu dimana ia masih bisa merasakan kasih sayang sosok laki-laki yang berwajah teduh, masa lalu dimana ia masih bisa bersandar kepada sosok laki-laki itu ketika menangis sehingga tak harus menanggung sendiri kekejaman hidup ini.
Namun, masa lalu yang indah itu akhirnya hancur berkeping-keping disaat seseorang manusia datang dan menghancurkan keluarganya, manusia yang sangat ia benci hingga saat ini. Keluarganya kini retak, lelaki berwajah teduh telah pergi entah kemana, bahkan abangnya yang tak kuat menahan cobaan ini sekarang berubah menjadi seseorang yang tak pernah ia kenal, seseorang yang dipenuhi amarah bahkan tak segan-segan mencaci maki ibunya, seseorang yang lebih senang menghabiskan waktunya bersama teman-teman hingga larut malam, seseorang yang seperti tidak pernah mengenal siapa Tuhannya, sejak saat itulah ia sering bertanya, apa benar Tuhan itu adil?
Tetesan hujan dari langit milik Yang Maha Kuasa itu menjadi saksi dari selembar kehidupan seorang gadis yang haus akan cinta, sedangkan disisi lain teman-temannya kelebihan bahkan menyia-nyiakan cinta itu sendiri.
Jam tua yang bergantung di dinding yang beberapa bagiannya diselimuti lumut  itu masih menunjukkan pukul 2 dini hari, disaat remaja-remaja lain sedang asyik berpetualang di negeri impiannya, seorang gadis sedang bersujud menangis di hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Besar,ya gadis itu adalah Shabrina.
“ Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ayah dan ibuku, ampuni dosa hamba-Mu yang lemah ini, jangan engkau biarkan ibuku yang menanggung dosa kami, anak-anaknya, Tolong hamba Ya Allah izinkan hamba untuk bisa menggantikan air mata ibu menjadi sebuah senyuman kebahagiaan, Aamiin”
Setelah mencurahkan semuanya kepada Sang Maha Agung, Shabrina melanjutkan rutinitasnya hingga menjelang jam 4 subuh, tanpa ia sadari ia kembali terlelap. Sang Ibu yang terbangun, terharu melihat anaknya yang masih menggunakan mukena putih usang dengan buku-buku yang bertebaran di sampingnya,
“ Nak, maafkan ibu nak, Ibu doakan kamu akan sukses dimanapun kamu berada, Ya Allah kabulkan doa hamba Ya Allah ” ucap beliau sambil mencium kening putrinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Shabrina sedang berjalan menuju kelas, ketika ia mendengar suara memanggil dirinya. Ketika menoleh , tampak Hanifah bergegas menyusulnya
“ Cepet amat jalannya, Shab! Kayak dikejar setan hehehe”
Sebenarnya Shabrina memang tidak ingin berjalan dengan Hanifah, ia tidak mau peristiwa kemarin terjadi lagi. Ia sadar, dirinya dan Hanifah bagaikan langit dan bumi. Hanifah adalah seorang anak manager perusahaan yang terkenal di kotanya. Hanifah mempunyai postur tubuh tinggi, berkulit putih, dan ia merupakan anak kesayangan guru, semua orang disekolah ini mengenalnya sebagai siswa yang pintar terutama di bidang matematika.
“ Hari ini pengumuman hasil OSN kan?”
Shabrina hanya menggangguk kecil
“ kok lemes shab? Kamu sakit?”
“ Gak apa-apa kok”
“ Eh Hanifah, akhirnya dateng juga! Ajarin pr yang nomor lima dong!”
Ya, hanya Hanifah yang dianggap “ada” itulah hal yang selalu di rasakan Shabrina, kadang-kadang ia lelah terus dianggap “tidak ada”, lebih tepatnya lelah berpura-pura tidak pernah ada.
“ Hanifah, sekarang pengumuman OSN kan? Kita yakin kamu pasti lolos provinsi!”
“ Aamiin, Shabrina juga ya!”
“ Hah? Shabrina? Anak usang yang baru sekali ikut itu?mana mungkin! Hahaha”
Mendengar perkataan itu, hatinya kembali menangis, matanya berkaca-kaca, namun ia menggigit bibirnya hingga berdarah menahan agar air matanya tidak jatuh, kemudian ia kembali tersenyum.
Tetttt..... bel tanda masuk berbunyi dan tak lama kemudian, seorang wanita tua dengan postur tubuh pendek,senyuman sinis plus kacamata tua minus tujuh,  masuk ke dalam kelas. Setelah dua jam pelajaran tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker
“ Mohon perhatian sebentar anak-anak, Bapak ada pengumuman yang sangat membahagiakan. Kalian tentu tahu hari ini adalah hari pengumuman hasil OSN dan dengan senang hati Bapak mengumumkan bahwa ada salah satu dari teman kalian berhasil lolos ke provinsi, Selamat kepada Shabrina Alya, Bapak mohon do’a kalian semoga teman kalian dapat mengharumkan nama sekolah kita di nasional”
Semua orang yang mendengar pengumuman itu hanya ternganga tak terkecuali Shabrina namun seketika Hanifah berdiri dan memeluk Shabrina
“ Selamat Shabrina, aku tahu kamu bisa!”
Shabrina terkejut, baru kali ini ia merasakan cinta dari seorang teman, ia langsung balas memeluk erat Hanifah. Hangatnya pelukan itu membuatnya tak mampu menahan air mata.
Ketika bel pulang berbunyi, Shabrina bergegas keluar kelas, ia ingin segera sampai di rumah dan memberitahukan ibunya tentang hal itu Hatinya sangat bahagia, impiannya untuk membuat ibunya tersenyum akhirnya terwujud, Alhamdulillah.
Namun, alangkah terkejut Shabrina ketika mendapati ibunya sedang menangis terisak-isak dirumah
“ Ibu, ada apa?”
“ Abang nak... “
“ Abang kenapa bu?”
“Abang, Abang ke-ke celakaan nak”
“ Apa?! Dimana abang sekarang bu?!”
“Dirumah sakit nak..”
Jantung Shabrina berdegup kencang, tubuhnya terasa lemas,hatinya mulai merasa ketakutan
“ tidak, aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayang untuk kedua kalinya!” teriaknya dalam hati
Kemudian Shabrina dan Ibunya segera menuju ke rumah sakit tempat abangnya berada, sesampainya dirumah sakit, ia segera bertanya kepada dokter yang menangani abangnya
“ Dia kekurangan banyak darah, dan kita harus segera melakukan transfusi darah” ucap dokter
“ Tunggu apa lagi dok? Cepat lakukan!”
“ masalahnya kami kehabisan stok darah dan kami pun telah menghubungi pihak PMI namun hasilnya nihil”
“Baiklah, ambil saja darah saya dok” ucap Ibu
“ Apa?! Tidak! Dok, biar saya yang menyumbangkan darah saya untuk abang saya”
“ kakak!”
“ Ibu, kondisi ibu tidak memungkinkan untuk memberikan darah ibu”
“ Tapi nak,..”
“ Ibu, tolong kakak untuk melakukan sedikit hal berguna dalam hidup kakak”
Ibu hanya terdiam
“ Ayo dok, tunggu apa lagi? ambil darah saya dok!”
“Baiklah”
Akhirnya Shabrina pun  dipasang selang infus untuk memberikan darah kepada Abangnya. Sebenarnya ada perasaan takut dalam hatinya namun ia bulatkan hatinya dan Alhamdulillah, setelah beberapa jam kemudian abangnya berhasil diselamatkan, sedangkan Shabrina tetap terbaring lemah dengan senyum tulusnya.
Setelah tranfusi darah itu, kondisi Shabrina semakin menurun membuat  sang ibu sangat cemas dengan kondisi putrinya. Adzan isya akhirnya bergema menyeru seluruh umat islam untuk menghadap Sang Illahi, sang ibu hendak membangunkan Shabrina untuk menunaikan shalat, namun anehnya Shabrina tak juga sadarkan diri, dengan panik sang Ibu berteriak memanggil dokter
“ dokter, suster, tolong anak saya dok! “ bibirnya bergetar,
Segera sang dokter masuk dan memeriksa Shabrina, berbagai cara telah dilakukan hingga  menggunakan alat kejut berulang kali namun hasil tetap nihil, sang dokter hanya tertunduk lemas menatap Shabrina yang akhirnya menghembuskan napas terakhirnya karena ia kekurangan darah yang diberikan kepada abangnya yang sangat ia sayangi.
Ibunya yang  terkejut bukan main bahkan beliau sempat pingsan, beliau tak menyangka akan kehilangan putrinya yang sangat luar biasa itu.Beliau menangis terisak-isak, namun kemudian beliau sadar bahwa semuanya hanyalah milik Sang Maha Kuasa termasuk putrinya,dan beliau mencoba untuk tegar. Ketika masuk keruang dimana jenazah Shabrina berada, beliau tak dapat menahan derasnya air mata di pipi tirusnya itu, dengan lembut ia mengusap pipi putrinya yang tampak berseri itu walaupun pucat,
“ nak, kau sungguh anak yang luar biasa, aku bersyukur diberi kesempatan untuk bisa melahirkan dan merawat dirimu, Ibu doakan nak kamu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin ” ucapnya pelan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah berjam-jam, akhirnya sang abang berhasil melewati masa kritisnya, ketika ia membuka mata perlahan tampak ibunya dengan wajah yang sangat sembab,
“Ibu, abang dimana?”
“ abang di rumah sakit nak”
“Hah? Emang abang kenapa bu?”
“ Ceritanya panjang, nggak usah abang pikirin ya! Yang penting abang udah sembuh”
“ mana shabrina bu?”
Ibu hanya terdiam,
“ Bu? Mana shabrina?” ulangnya lagi
Ibu menghela nafas, akhirnya beliau menceritakan semuanya
“ Apa?!”
Air mata langsung jatuh di pipi sang abang, ya tentu saja air mata penyesalan, terbayang olehnya kondisi adeknya yang lemah karena kekurangan darah, terbayang pula tamparan yang pernah ia layangkan kepada adeknya. Namun apa daya, air mata penyesalan itu tak dapat mengubah atau mengulang waktu, ah andaikan ia bisa memutar ulang waktu, ya andai saja.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari berlanjut sejak sang abang bisa pulang kembali ke rumah, sejak sembuh dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya,lebih tepatnya sejak Shabrina, sang adik tercinta harus lebih dulu pergi mengahadap Sang Illahi, terlihat perubahan perangai sang abang, ia tidak pernah lagi pulang malam,marah apalagi mencaci ibunya, bahkan sekarang sang abang lebih sering menghabiskan waktunya di masjid dekat rumah.
Suatu siang, ketika sang Ibu sedang merapihkan lemari kamar Shabrina, beliau menemukan sebuah buku berwarna coklat yang tampak tua dimakan usia, karena penasaran, beliau pun membuka buku tua itu, ternyata itu adalah buku harian Shabrina, almarhumah putrinya.
Dibukanya perlahan lembaran demi lembaran, kembali terbayang di benaknya sosok putrinya yang sangat bersahaja dan selalu tersenyum tegar bahkan dalam kondisi yang menyakitkan sekalipun, namun gerakan tangannya terhenti di lembaran sebelum lembaran terakhir, hatinya bergetar hebat ketika membaca goresan indah putrinya,
21 Maret 2007,
Alhamdulillah Ya Allah, hari ini adalah pengumuman OSN, dan Engkau telah menunjukkan Keadilan-Mu, terima kasih Ya Allah karena Engkau telah memberikan kesempatan kepadaku untuk mengubah air mata ibuku menjadi sebuah senyuman indah, namun dihari ini pula aku harus melihat abangku terbujur lemas bertarung dengan maut, mengapa abangku Ya Allah? Cukup sudah aku kehilangan sosok seorang ayah, satu-satunya laki-laki di dunia ini yang mengerti perasaanku, dan kini aku tidak ingin kehilangan seorang laki-laki yang telah menemaniku sejak aku kecil, abangku tidak bersalah Ya Allah, dia hanya tertekan dengan keadaanya, dia hanya membutuhkan sosok seorang ayah.
Ya Allah, tolong jaga Ibu dan Abangku jika kelak aku tidak bisa lagi hadir di samping mereka, Aamiin.

Akhirnya air mata ibu tumpah saat beliau membaca lembaran terakhir,

23 Maret 2007,
Alhamdulillah, akhirnya ibu mengizinkanku untuk melanjutkan pilihanku ini, namun mengapa hari ini aku merasa angin begitu ramah kepadaku, dan bahkan aku merasa awan-awan dan daun- daun pun tersenyum manis padaku, sungguh belum pernah aku rasakan sebelumnya.Ya Allah, aku pasrah dengan rencana-Mu yang akan mengisi lembar biru hidupku ini.
Ya Allah, aku tidak mengerti dengan semua  ini,rasanya ada sedikit ketakutan dalam dirikuyang bercampur dengan kebahagiaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata.
Ya Allah, jika memang hari ini adalah hari terakhirku untuk bisa menghirup udara di bumi cinta ini, tolong sampaikan pesanku ini kepada Ibu dan abangku, bahwa aku sangat menyayangi mereka melebihi apapun di dunia ini, dan kini aku mengerti, hidup ini adalah teka-teki, dan akhirnya aku bisa menemukanya, jawaban dari salah satu pertanyaan teka-teki itu, pertanyaan yang banyak dipertanyakan oleh insan di bumi ini, Apa Tuhan itu adil? ? Ya, bahkan Tuhan itu sangat adil.